Sabtu, 23 April 2011


Pic Source: mesale.deviantart.com
 Asingkah anda dengan kata Westernisasi? Saya rasa tidak, kata-kata ini sudah sering kita pakai, baca, lihat, atau hanya sekedar mendengar. Apa sih Westernisasi? Westernisasi adalah meniru gaya hidup, cara pandang, penampilan dan sebagainya agar menjadi sama seperti orang-orang barat.
Pernahkah terlintas dalam benak anda untuk hidup seperti orang-orang barat? Jika pernah, mungkin dapat dikatakan bahwa di dalam diri anda telah muncul bibit-bibit jiwa Westernisasi. Kehidupan seperti apa yang ada di dalam benak anda? Apakah kehidupan dimana disana menjunjung tinggi liberalisme? Yang penuh dengan kebebasan? Lalu, kenapa anda ingin bebas? Ya, mungkin beberapa akan menjawab, “karena sekarang kan dunia sudah modern, apakah masih harus terkungkung dengan aturan yang terlalu memberatkan dan mengikat?”, atau yang lain akan menjawab,”Saya tidak suka diatur-atur, ini hidup saya, kenapa harus ada yang menentukan apa mau saya”. Dan masih banyak lagi jawaban-jawaban yang bervariasi dari setiap penuturan masing-masing individu.
Dari yang saya tangkap, jawaban-jawaban serupa seperti yang telah saya sebutkan diatas, adalah termasuk dalam kategori “keluhan” belaka. Kenapa saya katakan “keluhan”? Karena jawaban-jawaban seperti itu, mencerminkan keinginan pribadi yang ingin terealisasikan akibat ia tidak mampu mengikuti aturan Allah. Aturan seperti apa itu? Tentu saja aturan Islam, aturan-aturan yang syar’i. Darimana dasar aturan-aturan tadi? Jawabnya sudah jelas, yaitu “Al Qur’an dan Sunnah Rasul”.
Ketika melihat pemuda-pemudi islam zaman sekarang, justru bukannya modern, tetapi lebih cenderung liar tanpa arahan seperti sudah kehilangan kendali dalam hidupnya. Tali kekang yang mengikatnya rupanya sudah rusak, mudah kendor, ataupun tipis sehingga mudah terkikis. “Iman” yang seharusnya menjadi tali kekang yang sangat kencang, tidak mampu menguatkannya lagi. Lebih memilih hidup bebas seperti apa keinginannya, masa masih muda tidak bersenang-senang? Dugem, nongkrong-nongkrong (ikhtilat), mabuk-mabukan, melakukan kejahiliyahan disana-sini, dan juga berkhalwat.
Istighfar, pikirkan apa kurang Allah memberikan peringatan kepada manusia lewat ayat-ayat Kauniyah dan ayat-ayat Qur’aniyah-Nya? Apa kurang Rasulullah mengajarkan kita tentang islam dan segala yang ada di dalamnya? Sungguh tidak! Allah Maha Sempurna, tak ada yang terlewatkan oleh-Nya, Rasulullah pun telah ditunjuk oleh Allah sebagai pembawa risalah kebenaran, tidak mungkin jika seorang yang ditunjuk oleh Allah bukan orang yang terbaik. Lalu, apa sebenarnya yang menjadi masalah ketidakmampuan kita dalam mengikuti cara Allah? Apa? Jawabannya tentu ada dalam diri masing-masing individu, “Sudahkah saya benar-benar melakukan yang seperti Allah inginkan?”.
Bukankah setiap umat islam tahu bahwa hidup di dunia itu sangatlah sementara, dapat di ibaratkan hanya mampir untuk meminum seteguk air, tetapi kenapa masih saja mengagung-agungkan kehidupan di dunia ini? Ingin jadi kaum hedonis-kah? Sungguh tidak akan ada manfaatnya. Paling hanya kebahagiaan sebentar, kemudian hilang lagi. Ya, tidak abadi. Jika dicermati, kebahagiaan yang hanya mencakup diri sendiri, bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya. Seperti kesuksesan, orang dapat dikatakan sukses, jika ia telah menjadi hebat karena perjuangannya. Salah! orang yang sukses, adalah orang yang dapat men”sukses”kan orang lain. Jadi masih mau menganut individualisme seperti orang barat?
Mulai dari iman, apakah sempat anda setiap harinya memeriksa keadaan iman di hati? “Untuk apa?”. Masih menanyakan untuk apa? Jawaban itu menandakan ketidakpedulian anda terhadap Allah, karena iman, adalah dasar kepercayaan kita terhadap Allah, bisa jadi dengan tidak mengindahkan adanya iman itu, syahadat menjadi batal, dan anda dapat terjerumus pada jurang kekafiran. Naudzubillah.
Mungkin, jika Rasulullah dan para sahabat yang menyaksikan betapa mudahnya iman itu luntur dalam diri pemuda-pemudi islam zaman sekarang, akan menangis. Kitapun harus berpikir, bermuhasabah, “Ya Rasulullah, apakah pantas orang-orang yang seperti ini engkau sebut-sebut ketika saat-saat terakhirmu?”. Betapa berat perjuangan Rasulullah pada masa itu menegakkan tiang-tiang islam, lalu kenapa kita yang sudah merasakan nikmat islam itu tidak mau menjaganya?
Berikut beberapa kekhilafan yang dilakukan beberapa pemuda-pemudi islam zaman sekarang:
Ø Diperintahkan oleh Allah untuk menutup aurat dan mengenakan jilbab saja tidak mau, berkata masih menunggu hidayah, atau ingin men”jilbab”i hati dulu. Jilbab hati yang seperti apa? Tidak pernah direalisasikan sama sekali, itu hanya digunakan untuk sekedar alasan menghindar dengan halus. Ketahuilah, Allah tidak bisa untuk dibohongi. (Lihatlah Q.S An Nur:31 tentang perintah menutup aurat dan jilbab). Padahal jilbab itu sebenarnya juga untuk melindungi kaum wanita. Dilindungi oleh Allah malah tidak mau, sungguh suatu kebodohan.
Ø  Diperintahkan oleh Allah untuk menjaga pergaulan antara laki-laki dan perempuan saja tidak mau, berkata yang penting mampu menjaga kesucian dan tidak berzina. Kesucian apa yang diharapkan bila tidak ada hijab yang menjaganya. Lalu, zina itu sendiri sebenarnya tidak hanya mencakup hubungan badan saja, tetapi juga zina mata ketika pandangan itu tidak mampu dijaga, zina tangan ketika nafsu tak dapat dibendung lagi, zina kaki jika dilangkahkan untuk kemaksiatan atau ke tempat-tempat maksiat, zina hati ketika mencintai dengan berlebih-lebihan, selalu membayangkan dan memikirkan yang dicintai sampai melupakan Allah dan Rasulullah. Malah berpacaran semaunya. Mengumbar kemaksiatan secara terang-terangan. Tidak malu apa?
Ø  Diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah seperti sholat, tilawah, zakat, puasa, ber”akhlaqul karimah”, sedekah, mengajarkan dan mempelajari ilmu yang baik, dan sebagainya tidak mau. Sholat masih bolong-bolong, kalaupun sholat hanya untuk menggugurkan kewajiban saja, yang penting sudah sholat. Padahal sholat adalah suatu kebutuhan. Puasa ramadhan saja masih ogah-ogahan, yang penting tidak makan dan tidak minum, masalah menjaga hati, lisan, dan tindakan tidak diindahkan. Boro-boro sedekah, uang saja masih kurang untuk jalan-jalan atau untuk kebutuhan pribadi, bahkan kalau anda tahu, senyum saja sudah termasuk sedekah. Tilawah? Mana sempat buka Al Qur’an, buka buku-buku biasa saja malas, ya mana bisa akan tahu apa yang Allah inginkan jika tidak pernah membaca, memahami, dan mengamalkannya.
Demikian beberapa hal yang sering kita lalai (khilaf), semoga menginspirasi untuk kita dapat merubahnya dan menjadi generasi Rabbani yang bermanfaat bagi semua. Amin.
Yang menuliskan juga bukan orang yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah. Afwan.

*Husna
Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

0 komentar: